Materi Kelas 4, 5, dan 6 Belajar dari Rumah Bersama TVRI, Kamis 30 April 2020 Kerajaan Tarumanegara
Halo anak-anak kelas 4, 5, dan 6!
Apa sudah menonton tayangan materi untuk hari ini di TVRI?
Apakah sudah paham dengan materinya?
Jika belum, anak-anak dapat membaca ringkasan berikut dan juga menonton videonya lagi ya!
Selamat belajar!
Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan Hindu tertua kedua di Indonesia. Diperkirakan berada di lembah sungai Citarum Jawa Barat. Tarumanegara berasal dari dua kata, yaitu Taruma dan Negara. Taruma berarti tarum atau nila yang merupakan nama sungai yang membelah Jawa Barat. Negara berarti kerajaan atau negara.
Keberadaan kerajaan Tarumanegara diperkuat dengan adanya berita Tiongkok yang pernah menyebutkan raja Tolomo atau Tarumanegara. Raja Tarumanegara pernah mengirimkan utusan mereka ke kerajaan Tiongkok pada tahun 528 Masehi, 538 Masehi, 665 Masehi, dan 666 Masehi untuk kunjungan persahabatan.
Kabar lainnya datang dari Gunawarman seorang Pendeta dari Kasmir yang menyatakan bahwa agama yang dianut oleh rakyat Taruma adalah agama Hindu.
Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun tahun 358 -382 Masehi di tepi sungai Citarum yang sekarang ada di Kabupaten Lebak Banten. Jayasingawarman adalah seorang Maharsi atau pendeta yang mulia dari India, tepatnya dari daerah Salankayana. Jayasingawarman mengungsi ke Nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan oleh kerajaan Magada. Ketika Jayasingawarman meninggal, jasadnya dikuburkan di tepi sungai di Bekasi, tepatnya di Kali Gomati.
Tahta Kerajaan digantikan oleh putranya, Dharmayawarman pada tahun 382-395 Masehi. Tidak banyak yang diketahui tentang raja ini. Namanya hanya tercantum pada naskah Wangsakerta, naskah yang berisi kisah-kisah kerajaan Nusantara.
Kerajaan Tarumanegara mencapai puncak kejayaannya ketika dipimpin oleh raja Purnawarman yang memerintah dari tahun 395-434 Masehi. Raja ini bergelar Sri Maharaja Purnawarman Sang Iswara Digwijaya Bhima Prakarma Suryamaha Purusa Jagatpati. Kamsyuran Tarumanegara diabadikan dalam prasasti Zaman Punawarman tentang dibangunnya pelabuhan dan beberapa sungai sebagai sarana perekonomian. Pada masa ini, Tarumanegara juga memperluas kerajaan dengan menaklukkan raja-raja kecil di Jawa Barat yang belum mau tunduk.
Selain itu, Pemerintahan di masa raja Purnawarman sangat memperhatikan pemeliharaan aliran sungai. Sungai-sungai diperbaiki. Pada tahun 410 Masehi Purnawarman memperbaiki kali gangga hingga sungai Cisuba yang terletak di daerah Cirebon. Kemudian pada tahun 412 Masehi, Purnawarman memperindah alur kali Cupu yang mengalir hingga Istana raja. Pada tahun 413 Masehi, Purnawarman memerintahkan membangun kali Salasah/manukrawa yang sekarang dikenal dengan nama kali Cimanuk. Ia juga memperbaiki alur Kali Gomati dan Candrabaga yang sebelumnya pernah dilakukan oleh kakeknya pada tahun 417 Masehi. Kali Gomati dan Candrabaga menurut para ahli sama dengan sungai Bekasi sekarang.
Pada tahun 419 Masehi, Raja Purnawarman memerintahkan untuk memperdalam sungai Citarum yang merupakan sungai terbesar di wilayah kerajaan tarumanegara.
Perhatian Purnawarman terhadap sungai, ternyata membawa dampak positif, diantaranya bisa memperteguh daerah-daerah yang dibangun sebagai daerah kekuasaan Tarumanegara. Selain itu, karena sungai mempunyai peran sebagai sarana perekonomian yang penting, maka pembangunan sungai-sungai membangkitkan perekonomian pertanian dan perdagangan.
Setelah Raja Purnawarman bertahta (395-434 Masehi), ada beberapa raja lain yang bertahta yaitu:
- Raja Wisnuwarman pada tahun 434-455 Masehi
- Raja Indrawarman pada tahun 455-515 Masehi
- Raja Candrawarman pada tahun 515-535 Masehi
- Raja Suryawarman pada tahun 535-561 Masehi
- Raja Kertawarman pada tahun 561-628 Masehi
- Raja Sudhawarman pada tahun 628-639 Masehi
- Raja Hariwangsawarman pada tahun 639-640 Masehi
- Raja Nagajayawarman pada tahun 640-666 Masehi
- Raja Linggawarman pada tahun 666-669 Masehi
Raja Lingawarman tidak mempunyai putra. Ia hanya mempunyai dua orang putri, yaitu Putri Manasih yang menikah dengan Tarusbawa yang selanjutnya menjadi penerus kerajaan Tarumanegara dan Putri Sobakencana yang menikah dengan Dapunta Hyang Sri Jayanasa yang kelak menjadi pendiri kerajaan Sriwijaya.
Keberadaan Kerajaan Tarumanegara bersumber dari 7 buah Prasasti yang sebagiannya ditemukan di daerah Bogor, yaitu sebanya 5 buah, 1 di Jakarta, dan 1 di Lebak Banten . 7 Prasasti itu adalah:
1. Prasasti Ciaruteun yang ditemukan di Tepi sungai Cearuteun, Desa Ciaruteun, Bogor.
Pada prasasti ini ada gambar telapak kaki, lukisan laba-laba, dan huruf ikar melingkar. Isi prasasti ini yaitu:
vikkrantasyavanipateh
srimatah purnnavarmmanah
tarumanagarendrasya
visnoriva padadvayam
artinya:
Inilah tanda sepasang telapak kaki yang seperti kaki Dewa Wisnu sang pemelihara. Ialah telapak kaki yang mulia sang Purnawarman raja di negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia.
Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan raja atas daerah ditemukan prasasti. Ini menegaskan kedudukan Purnawarman yang diibaratkan sebagai Dewa Wisnu.
2. Prasasti Kebun Kopi yang ditemukan di Perkebunan Kopi di kampung Muara Hilir Bogor
Isi prasasti ini adalah tulisan huruf palawa dengan tulisan Sansekerta. Kalimatnya yaitu: "Jayavisalasyya tarumendrasya hastinah ... Airwaytabhasya vibatidam-padadvayam"
artinya:
Di tempat ini, disini kelihatannya terdapat gambar sepasang telapak kaki yang mirip dengan Airavata gajah yang sangat kuat penguasa di taruma atau yang lebih dikenal dengan Tarumanegara dan kejayaan kerajaan. Airavata merupakan gajah kendaraan Dewa Indra, Dewa cuaca dan raja Kayangan.
3. Prasasti Jambu yang ditemukan di perkebunan jambu di bukit Pasit Koleyangkak, Bogor.
isi prasasti ini bertuliskan: Tapak nkai ini adalah tapak kaki Sri Purnawarman raja Tarumanegara, Baginda termasyur, gagah berani, jujur, dan setia dalam menjalankan tugasnya.
4. Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Lebak yang ditemukan di tepi sungai Cidanghiang di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten pandeglang, Banten pada tahun 1947.
Prasasti ini berisi dua baris kalimat yang berbentuk puisi yang ditulis dengan huruf Palawa dan Bahasa sansekerta. Isi prasasti ini mengagung-agungkan keberanian raja Purnawarman.
5. Prasasti Pasir Awi yang ditemukan di Lereng selatan bukit pasir Awi, Bogor.
Prasasti ini belum bisa dibaca oleh para ahli.
6. Prasasti Muara Cuanten yang ditemukan di tepi sungai Cisadane, Bogor.
Prasasti ini juga belum bisa dibaca oleh para ahli.
7. Prasasti Tugu yang berada di Daerah Tugu, Kecamatan Celincing, Tanjung Priuk, Jakarta Utara.
Dalam prasasti ini disebutkan tentang pembangunan saluran air yang panjangnya 6.112 tombak (setara 11 km). Aliran air ini diberi nama Gomati yang dibangun hanya dalam waktu 21 hari.
Berdasarkan semua prasasti di atas, maka kita dapat menyimpulkan bahwa dahulu di Jawa Barat telah ada sebuah kerajaan yang besar dan cukup makmur. Namun sayang kejayaan kerajaan ini suram ketika dipimpin oleh raja Sudawarman. Tarumanegara sudah mulai nampak mengalami kemunduran. Salah satunya adalah dengan memberikan pemerintahan sendiri atau otonomi kepada raja-raja bawahan yang diberikan oleh raja-raja sebelumnya, namun tidak disertai dengan hubungan dan pengawasan yang baik. Hal ini membuat raja bawahan merasa tidak terlindungi dan tidak diawasi. Terus munculnya kerajan pesaing Tarumanegara, yaitu kerajaan Galuh, sehingga terjadi pemberontakan. Hingga akhirnya raja terkahir, raja Linggawarman tidak punya anak laki-laki yang membuat pamor Tarumanegara terus merosot. Hingga kerajaan ini pecah menjadi kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh. Kerajaan Sunda menjadi kelanjutan dari kerajaan Tarumanegara yang dikuasi oleh Tarusbawa menantu raja Lingawarman. Sedangkan kerajaan galuh dikuasai oleh Wretikandayun.
Anak-anak juga dapat menonton video berikut!
Untuk menguji pemahaman anak-anak dapat menjawab pertanyaan berikut!
Setelah menjawab soal, maka dapat melihat nilai pada tabel berikut.
Demikian pembelajaran kali ini, sampai bertemu pada pembelajaran berikutnya.
Tetap semangat belajar di rumah ya!
Belum ada Komentar untuk "Materi Kelas 4, 5, dan 6 Belajar dari Rumah Bersama TVRI, Kamis 30 April 2020 Kerajaan Tarumanegara"
Posting Komentar